www.dianovaanwar.blogspot.com Kata yang satu ini sangat ngetrend di masyarakat dunia. ”Berkira”atau berhitung adalah memperkirakan segala sesuatunya berdasarkan untung rugi alias hubungan timbal balik. Seperti seorang businessman besar atau konglomerat yang takut rugi, lalu jatuh bangkrut. Sangat-sangat sulit pada zaman sekarang ini mendapatkan orang yang benar-benar ikhlas. Bila melakukan suatu kebaikan pasti ada ujung-ujungnya. Dan kalau ada seseorang yang berbuat baik dari lubuk hatinya yang paling dalam pasti dipertanyakan dan menjadi sangat langka. Mungkin ini sebagai salah satu dampak sistem ekonomi kapitalisme dari Amerika, siapa unggul, akan di atas, siapa kalah akan tergilas. Jadinya orang sekarang kebanyakan hanya memikirkan diri sendiri atau egois.Tidak peduli lagi dengan orang lain, kalau dirasa ada untung baru dah. Nggak percaya? Datanglah anda bertamu ke rumah seseorang di Jakarta atau di Medan. Siapapun yang ada di rumah itu, khususnya bila ada saudara dari teman yang kita kunjungi, jangan harap mau menegur anda,bila tidak diperkenalkan lebih dulu, parahnya, teman kita pun tidak mau mengenalkan saudaranya itu kepada kita. Bila sepuluh tahun yang lalu slogan,’siapa lu siapa gua’ berlaku di Jakarta maka jangan heran sekarang slogan ini sudah merambat ke kota-kota besar di Indonesia, seperti di Medan. Itu adalah contoh berkira dalam berkata-kata atau bertegur sapa, bayangkan saja, begitu mahalnya harga suara sekarang.
Lain lagi hal berkira tenaga, ini adalah tipe orang yang ‘berat tangan’ alias pemalas. Ada saja caranya untuk mengelak, apalagi bila gotong royong, maunya orang lain saja yang bekerja, dia goyang-goyang kaki, tanpa merasa malu sedikitpun. Mungkin orang semacam ini khawatir badannya akan kurus kering, bila energinya disumbangkan sebagian. Apalagi kalau diminta menjadi sukarelawan, pasti ‘melarikan diri’…..
Yang ketiga adalah berkira dalam hal “hepeng”, kata orang Batak begitu, meskipun penulis bukanlah orang Batak. Hepeng alias duit, apapun itu namanya terdapat pada orang-orang yang hanya ‘mau menggigit saja tapi tidak mau digigit’. Orang semacam ini tipe orang parasit, maunya hidup hanya dengan menumpang makan dari orang lain. Kalau hanya segoceng atau pun sesekali kita traktir no problem, tapi kalau tiap saat kita terus-terusan yang bayarin,tanpa bergantian, itu sudah lain ceritanya.
Berkira kata-kata ataupun teguran membuat kita menjadi manusia yang sombong, yang merasa kalau tidak perlu, buat apa capek-capek mengeluarkan suara,”Aku nggak kenal koq sama dia, apa urusannya denganku?” Padahal suaranya tidak akan berkurang dan berubah hanya dengan memberi salam atau sekedar bertegur sapa. Ditinjau dari sisi etika pun, tidak baik. Kita tidak tahu, who knows kita jumpa dia dijalan, atau ternyata ada sesuatu hal yang dia bisa tolong kita ataupun sebaliknya. Setidaknya, menjalin silturrahmi. Dan menjalin silaturrahmi tidak ada ruginya, malah membuat koneksi kita bertambah, terutama dalam berbisnis dan bersosial.
Adapun orang yang berkira dengan tenaga, hendaknya merubah sikap untuk “menyedekahkan tenaga”, sebab bila kita berbuat baik, sesungguhnya kita berbuat baik bagi diri kita sendiri bukan untuk orang lain.Kebaikan kita tidak akan tersia-siakan, jika tak terbalas lewat orang yang kita tolong maka akan terbalas lewat orang lain.
Terakhir untuk berkira dalam hal uang. Hidup ini perlu uang itu benar. Tapi dalam bersosial kita punya teman,kerabat,dan saudara. Kita tidak hidup sendiri. Bila mereka tidak berkira kepada kita, maka hendaknyalah kita pun berbuat demikian, sebatas kemampuan kita dan seikhlas hati kita. Semoga tulisan ini bermanfaat. www.dianovaanwar.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar